Samsung mencatat laporan keuangan yang mengecewakan pada Q4 2022, yang merupakan laba terendah dalam delapan tahun terakhir.

Pada Q4 2022, laba Samsung merosot dua pertiga menjadi 4,3 triliun won, turun dari 13,87 triliun won pada Q4 2021. Penurunan ini dipengaruhi oleh penurunan harga chip memori dan berkurangnya permintaan peralatan elektronik.

Penurunan laba ini tercatat sebagai yang terendah sejak Q3 2014. Penurunan ini juga diperkirakan akan berlanjut hingga Q1 2023, dikutip detikINET dari Reuters, Jumat (6/1/2023).

"Semua bisnis Samsung mengalami kesulitan, terutama chip dan ponsel," kata Lee Min-hee, analis BNK Investment & Securities.

Sementara itu, pendapatan Samsung turun 9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 70 triliun won yang tercatat dalam laporan keuangan awal mereka. Perusahaan berkapitalisasi terbesar ke-4 di Asia ini akan melaporkan laporan keuangan lengkapnya pada 31 Januari.

Ada banyak faktor yang dianggap menjadi penyebab penurunan ini. Termasuk kenaikan suku bunga secara global dan kenaikan biaya hidup di beberapa negara, menyebabkan turunnya permintaan ponsel dan banyak perangkat buatan Samsung lainnya. Ini juga memengaruhi pesanan semikonduktor yang mereka buat untuk perusahaan lain seperti Apple.

"Khusus untuk bisnis memori, penurunan permintaan pada kuartal keempat lebih besar dari perkiraan sebelumnya karena konsumen mulai menyesuaikan persediaan mereka untuk persiapan pengetatan keuangan," kata Samsung dalam sebuah pernyataan.

Demikian pula, laba dari bisnis seluler menurun di Triwulan ke-4 karena penjualan dan pendapatan ponsel menurun sebagai akibat dari masalah ekonomi makro yang sedang berlangsung.

"Harga chip memori turun sekitar 20% selama kuartal tersebut, dan ponsel kelas atas seperti ponsel lipat tidak laku," kata Lee.

Kemudian ada juga masalah di pabrik iPhone terbesar di dunia milik Foxconn yang juga berimbas pada bisnis Samsung yaitu bisnis panel display Samsung yang terkena imbas akibat melambatnya produksi iPhone.

Analis juga memperkirakan laba Samsung akan kembali merosot pada kuartal ini, karena kerugian operasional di bisnis chip terus terjadi akibat anjloknya harga chip.